Jude Bellingham dan Kebiasaan Buruk yang Membebani Tim Real Madrid

Berita Liga Spanyol

VegasHoki88 SeputarSepakbola – Jude Bellingham kembali menjadi sorotan setelah insiden kartu merah yang diterimanya dalam pertandingan melawan Osasuna (15/2/2025), yang berakhir dengan hasil imbang 1-1. Tindakannya yang protes keras terhadap wasit tidak hanya merugikan dirinya, tetapi juga tim Real Madrid yang harus bermain dengan 10 orang sejak babak pertama.

Pada pertandingan tersebut, Bellingham terlibat dalam pertengkaran dengan Jose Munuera Montero, wasit utama pertandingan. Setelah beberapa protes yang tak digubris, Munuera menghentikan pertandingan dan mengusir gelandang Inggris itu keluar lapangan dengan kartu merah langsung. Keputusan ini langsung memicu perdebatan sengit di dalam tim dan di luar lapangan.

Luka Modric, wakil kapten Real Madrid, langsung mendekati wasit untuk mencari penjelasan lebih lanjut. Munuera mengklaim bahwa Bellingham telah menggunakan kata-kata yang tidak pantas terhadapnya, meski Modric membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa rekannya tidak mengatakan hal yang menyinggung.

Usai pertandingan, Bellingham mengungkapkan ketidakpuasannya. “Saya tidak mengerti mengapa saya diusir keluar. Kalau perlu, cek lagi rekaman videonya,” ujarnya.

Bermain dengan 10 Orang Sejak Awal

Bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-39 jelas memengaruhi jalannya pertandingan. Osasuna memanfaatkan keunggulan jumlah pemain untuk menekan habis-habisan, hingga akhirnya berhasil menyamakan kedudukan lewat penalti. Dengan hasil imbang ini, Real Madrid kehilangan dua poin penting dalam perburuan gelar juara La Liga musim ini.

Bagi Carlo Ancelotti, insiden ini menambah masalah bagi tim, di samping kesulitan akibat cedera pemain dan kedalaman skuad yang terbatas. Kehilangan Bellingham di lapangan pada saat-saat genting tentu membuat tugasnya semakin berat.

Kebiasaan Protes yang Merugikan

Sayangnya, insiden ini bukan yang pertama kali bagi Bellingham dalam hal berselisih dengan wasit. Dalam beberapa pertandingan sebelumnya, terutama dalam Derbi Madrid, Bellingham pernah melontarkan kata-kata yang dianggap kurang sopan. Meskipun ia berhasil lolos dari sanksi. Kebiasaan tersebut jika terus berlanjut bisa merusak reputasinya sebagai pemain dan stabilitas tim, terutama dalam laga-laga krusial.

Bellingham, yang baru berusia 21 tahun, memang menunjukkan potensi besar di lapangan dengan penampilan gemilangnya bersama Madrid. Namun, jika ia tak mampu mengendalikan emosinya dalam situasi sulit, kebiasaan ini bisa berbalik menjadi bumerang. Mengungkapkan ketidakpuasan terhadap keputusan wasit adalah hal yang wajar. Tetapi jika dilakukan dengan berlebihan, dampaknya bisa sangat merugikan tim yang tengah berjuang untuk gelar.

Belaan dari Ancelotti dan Rekan Setim

Setelah kejadian tersebut, pelatih Carlo Ancelotti memberikan pembelaan terhadap Bellingham. Menurutnya, insiden ini terjadi karena kesalahpahaman dalam komunikasi. “Dia tidak menghina wasit. Itu hanya masalah bahasa. Dalam bahasa Spanyol, kalimat yang diucapkan tidak memiliki makna kasar seperti yang dipahami oleh beberapa orang,” jelas pelatih asal Italia itu.

Dani Carvajal, rekan setim Bellingham, juga menunjukkan ketidakpuasan lewat media sosial, mengungkapkan kekecewaannya dengan menulis, “Hari ini adalah hari kartu merah,” diikuti dengan serangkaian emoji yang menunjukkan kebingungannya terhadap keputusan tersebut.

Pelajaran yang Harus Diambil Bellingham

Meski perdebatan soal kartu merah ini masih berlangsung. Jude Bellingham harus mengambil pelajaran dari insiden ini. Menjadi pemain hebat bukan hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga kemampuan untuk tetap tenang dan mengendalikan emosi, terutama di tengah tekanan pertandingan besar.

Jika kebiasaan protes berlebihan ini tidak segera diperbaiki, insiden seperti yang terjadi melawan Osasuna bisa terus terulang. Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi Real Madrid, yang tidak hanya kehilangan dua poin, tetapi juga harus menghadapi tantangan lebih besar dalam merebut gelar juara La Liga.

Jude Bellingham harus memahami bahwa untuk benar-benar menjadi pemain bintang di level tertinggi, ia perlu menjaga keseimbangan antara keinginan untuk menang dan mengelola emosinya di lapangan. Jika tidak, kebiasaannya yang merugikan bisa menjadi penghalang bagi ambisi besar Real Madrid.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *